Rabu, 09 Desember 2009

Dokter yang Berbisnis


Saya pernah ditanya, “dokter yang sukses itu seperti apa?” saya pun menjawab, “dokter yang bisa menolong orang banyak” Jawaban klise, tapi memang itulah esensinya menurut saya. Dia berkata lain, “dokter yang sukses itu tidak hanya sekedar menjadi dokter, tapi juga dokter yang berbisnis” kurang lebih seperti itulah yang dikatakannya. Senyum, itulah respon saya. Otak saya terus berputar, berpikir makna ‘dokter yang berbisnis’. Apa sebenarnya maksud dokter yang berbisnis ini? mungkin, dokter yang juga menjalankan sebuah usaha lain sehingga dia pun mendapatkan profit dari usahanya itu. Iya, semoga seperti ini maksudnya. Bisa saya terima kalau dokter melakukan usaha dan bisnis di bidang lain selain di bidang kesehatan maupun social. Tapi apakah kesuksesan hanya bisa diukur dengan profit atau uang yang diperoleh dari usahanya itu? Hm.. saya tidak yakin jika kesuksesan hanya diukur dari segi hasil saja.


Lalu, bagaimana jika maksud dari dokter yang berbisnis adalah seorang dokter yang menjadikan profesi dokternya sebagai ladang usahanya, sebagai peluang besar untuk berbisnis dan mengahsilkan profit yang besar?


Dokter merupakan suatu profesi non profit, tapi profesi yang berlandas kemanusiaan. Jiwa sosial lah yang lebih diutamakan. Dokter bukan sebuah profesi berlandas profit, dimana keuntungan yang menjadi sasaran utama dan target kerja kita. Materi hanyalah efek samping profesi dokter. Maksudnya apa? Jadi tujuan dan sasaran dari perjuangan seorang dokter juga segala usaha yang dilakukannya adalah atas dasar ingin menolong, lalu masalah jasa yang kita berikan dihargai berapa pun oleh orang tidak menjadi prioritas kita, karena kita ikhlas melakukannya. IKHLAS, inilah kuncinya. Ketika kita ikhlas hanya ingin mencapai ridho Allah, maka insyaAllah kita tidak akan ngoyo dan akan selalu memberikan yang maksimal. Saya ingat kata-kata teman saya, “kalau menolong atau memberi itu harus maksimal, jangan setengah-setengah”. Dengan ikhlas cukuplah bagi kita dengan kesembuhan dan senyuman pasien untuk kita sebagai balasannya. Kesembuhan pasien adalah hadiah tidak terkira bagi seorang dokter. Hadiah dimana hanya Allah yang bisa memberinya. Dokter hanya bisa berusaha dan tetap menyerahkan hasilnya pada Allah. Hidup mati bukanlah dokter yang menentukan. Jadi janganlah khawatir selama kita sesuai dengan protap serta pemberian pelayanan maksimal terhadapa pasien, maka pasien pun akan memahami. Saya belum merasakan semua itu, saya pun tidak tau kelak akan seperti apa, tapi itu yang saya tanam dalam diri saya saat ini. Cukuplah kebahagiaan dan senyum pasien yang menjadi balasan jasa saya. Allah Maha Penyayang dan Maha Pengasih, Dia tidak akan member cobaan yang tidak sanggup diemban hambaNya, Dia tidak mungkin menelantarkan hambaNya, saya tidak takut dengan minimnya gaji saya kelak, sehingga saya tidak perlu mengerahkan segala kesempatan yang ada untuk memanfaatkan pasien untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Ini dia dokter yang berbisnis. Bisa berbisnis dengan salah satu perusahaan obat, hanya dengan menuliskan resep obatnya dengan iming-imingan imbalan yang tidak kecil. Atau berbisnis dengan laboratorium atau apotek tertentu. Bisa juga berbisnis dengan alat pemeriksaan (USG, Foto, dsb) sehingga berlebih-lebihan menyuruh pasien untuk pemeriksaan yang sebenernya tidak begitu penting, hanya ingin memenuhi target keuntungan pembelian alat tersebut aja. Tidak banyak memang dokter yang seperti ini, hanya segelintir dokter saja, yang telah salah dalam menerapkan kaidah berbisnis pada prinsip kemanusiaan.

Ingin berbisnis, maka carilah pekerjaan lain yang lebih manusiawi dan masuk akal, masa iya kita melakukan bisnis manusia. Kedokteran itu kontentnya manusia, bukan benda, apakah pantas manusia dibisniskan?

Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar